Minggu, 11 Juli 2021

1. Ibu

Ibu. Satu kata yang cukup melekat sama gue. Bukan karena gue pernah ngerasain jadi ibu tapi gue sering merenungkan kenapa ibu melakukan hal yang ia lakukan. Ayah meninggal semenjak umur gue 2 taun, jadi disini yang gue bahas cuma ibu. Gue gak bisa bilang kalau ibu terbaik dalam mendidik anak-anaknya, banyak celah kesalahan yang seharusnya bisa dihindari. Cara bicara yang seakan membentak, sampai perilaku-perilaku yang menurut gue gak seharusnya diperlihatkan ke seorang anak.

Dulu sebelum paham kenapa ibu kayak gitu, gue benci banget sama ibu gue. Benci karena hal-hal yang dia lakukan, kayak nampar, teriak, sumpah serapah, pokoknya banyak kenangan buruk yang gue alami. Memang sebuah kewajiban orang tua untuk mengajarkan hal-hal baik buat anaknya dan ibu kurang dalam hal itu. Tapi, kalau dipikir ulang, mungkin itu karena lingkungan tempat dia tumbuh dulu seperti itu, penuh dengan verbal abuse, dan menormalisasikannya. Belum lagi rasa frustasi karena ditinggalkan ayah, dia harus bekerja ekstra biar anak-anaknya tidak kekurangan secara materi. Gue gak bisa sepenuhnya menyalahkan perilaku-perilaku ibu yang menyakiti hati, tapi bukan berarti hal itu harus diwajarkan.

Pengalaman-pengalaman itu terus menghantui sampai sekarang. Walaupun samar-samar, perasaan yang dulu masih terasa. Rasa takut dimarahi, takut salah, takut salah bicara. Mungkin ini juga salah satu sebab gue punya low esteem, takut ngobrol sama orang, karena dari kecil apa yang gue lakukan selalu dianggap salah. Sekarang, rasa benci itu hilang. Gue gak tau gimana perasaan sama ibu sekarang. Bukan sayang, bukan juga benci. Dia ngelahirin dan ngebesarin gue selama 24 taun ini, tapi selama 24 taun itu juga gue ngerasa terperangkap dalam sebuah sangkar yang dia buat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

1. Ibu

Ibu . Satu kata yang cukup melekat sama gue. Bukan karena gue pernah ngerasain jadi ibu tapi gue sering merenungkan kenapa ibu melakukan hal...